Rabu, 30 Maret 2011

Penyesalan Yang Terlambat

Alkisah...
Di sebuh Desa hiduplah seorang ibu dan anak laki-laki semata wayangnya,suaminya sudah lama meninggal karna sakit.Sang ibu sering menangis melihat kelakuan anaknya yang gemar berjudi,mabuk,mencuri dan tindak kekerasan. Tak henti-hentinya sang ibu mendoakan anaknya,dia berharap sebelum wafat,anaknya berubah jadi anak yang baik. Tapi makin hari,kelakuan si anak makin menjadi-jadi. Untuk kesekian kalinya sianak tertangkap basah sedang mencuri,dan menganiaya tetangganya,kali ini batas kesabaran penduduk sudah habis,maka di bawalah si anak menghadap Raja,oleh Raja si anak di jatuhi hukuman pancung.
Hukuman tersebut akan dilaksanaka pada keesokan harinya,tepat pada saat lonceng berdentang yang menandakan pukul 6.Dengan disaksikan seluruh penduduk desa. Berita hukuman untuk sianak membuat sang ibu menangis,dengan langkah tertatih-tatih,sang ibu mendatangi sang Raja,untuk memohon pengampunan bagi anaknya,tapi keputusn Raja tidak bisa dibatalkan. Sang ibu pulang dengan air mata yang terus mengalir.Keesokan harinya,ditempat yang sudah ditentukan,penduduk telah berkumpul dilapangan pancung. Sang Algojo sudah bersiap-siap,si anakpun hanya dapat pasrah,menyesali nasibnya dan menangis saat terbayang wajah ibunya yang sudah tua. Deti-detik yang dinantikan ahirnya tiba,tapi setelah lewat 5 menit,dari pukul 6 lonceng belum berdentng.Suasanapun mulai berisik,petugas lonceng pun bingung,karna sudah sejak tadi dia menarik tali lonceng,tapi suara dentangnya belum ada.

Saat mereka semua bingung,tiba-tib dari tali lonceng itu mengalir darah,seluruh penduduk berdebar-debar dan bertanya-tanya apakah sebenarnya yang terjadi. Ternyata didalam lonceng ditemukan tubuh ibu dari si anak,dengan kepala hancur berlumuran darah.Sang ibu memeluk bandul dan menggantikan dengan kepalanya membentur dinding lonceng.Sang ibu mengorbankan diri untuk anaknya,malam harinya sebelum eksekusi,sang ibu memanjat dan mengikatkan diri pada bandul dengan susah payah agar lonceng tidk berdentang,demi menghindari hukuman pancung anaknya. Semua penduduk yang menyaksikan kejadian tersebut menunduk dan meneteskan air mata.Sementara si anak menangis meraung-raung sambil memeluk tubuh ibunya yang sudah tidak bernyawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar