Kamis, 31 Maret 2011

Senyum :)

Cerita-cerita yg bikin tersenyum - Ust Yusuf Mansur Network 1. Dalam buku Ahla Ibtisamah disebutkan bahwa seorang pria mencari lowongan pekerjaan, diapun menuju ke sebuah perusahaan. Di pintu perusahaan dia menemukan sebuah papan maklumat bertuliskan : “Tidak ada pekerjaan”. Pria itupun berkata kepada para karyawan : “Lalu kenapa kalian semua bekerja?” 2. Ada yang berkata kepada seorang yang mengaku sufi yang memakai jubbah : “Jual saja jubbahmu kepadaku!” Ia menjawab : “Kalau nelayan menjual jaringnya, lalu dia cari ikan pakai apa? ” 3. “Budi, kalau pulang sekolah langsung pulang ya, jangan kemana-mana!” pesan ibu Budi. “Iya Bu…!” jawab Budi mengangguk, lalu mencium tangan ibunya. Budi pun berangkat ke sekolah. Di sekolah, Budi juga merupakan anak yang cerdas karena setiap pelajaran selalu dia perhatikan dengan baik. Hari itu, pada jam pelajaran ke tiga budi menerima pelajaran agama Islam dari Pak Ahmad. Beberapa saat kemudian Pak Ahmad menjelaskan tentang surga&neraka. Setelah sejam kemudian, untuk menguji kepahaman para muridnya, Pak Ahmad iseng-iseng bertanya : “Hayoo anak-anak, siapa yg ingin ke neraka…?” tanya Pak Ahmad. Karena paham, semua murid tidak ada yang mengacungkan telunjuknya. Pak Ahmad pun senang karena merasa bahwa murid-muridnya sudah mulai paham pelajaran yang diberikannya tadi. Untuk lebih meyakinkan dirinya, kemudin Pak Ahmad bertanya sekali lagi. “Kalu begitu sekarang Bapak ingin tanya lagi, siapa diantara kalian yang ingin ke surga ?” tanya Pak Ahmad tersenyum. Dan seketika itu pula semua murid mengacungkan telunjuk mereka KECUALI Budi. Merasa heran, Pak Ahmad pun bertanya kepada Budi. “Budi, kok tidak mau ke surga ?” selidik Pak Ahmad. “Tidak pak…!” jawab Budi dengan tegas penuh keyakinan. ” Lho, memangnya mengapa Budi tidak mau ke sana ? Surga itu tempat yg paling indah, ada taman yang luas, sungainya berisi susu dan madu.. Mantap to..” kata Pak Ahmad. “Emang enak sih Pak, tapi pesan Ibu tadi pagi, kalau pulang sekolah Budi jangan kemana-mana. Budi tidak mau jadi anak durhaka dengan mengingkari janji, jadi Budi tidak mau ke Surga” jawab Budi yakin Pak Ahmad bisa menerima alasannya. 4. Di pintu akhirat seorang malaikat menanyai seorang sopir Metro Mini. “Apa kerjamu selama di dunia?” tanya malaikat itu. “Saya sopir Metro Mini, Pak.” Lalu malaikat itu memberikan kamar yang mewah untuk sopir Metro tersebut dan peralatan yang terbuat dari emas. Lalu datang Gus Ustadz. ” Apa kerja kamu di dunia?” tanya malaikat kepada Gus Ustadz. “Saya juga juru dakwah Pak…” Lalu malaikat itu memberikan kamar yang kecil dan peralatan dari kayu. Melihat itu Gus Ustadz protes. “Oom Malaikat, kenapa juru dakwah mendapatkan yang lebih rendah dari seorang sopir Metro..?” Dengan tenang malaikat itu menjawab: “Begini Gus… Pada saat Pak Gus Ustadz ceramah, Bapak malah membuat orang-orang semua ngantuk dan tertidur… sehingga melupakan Tuhan. Sedangkan pada saat sopir Metro Mini mengemudi dengan ngebut, ia membuat orang-orang berdoa meminta keselamatan….” 5. Aneka Minuman Suatu hari, Udin berkunjung ke rumah Didin, temannya sewaktu sama-sama mondok. Sejak pulang ke rumah tujuh belas tahun yang lalu, keduanya belum pernah sekalipun bertemu. Maklum di samping jarak kota yang berjauhan, ditambah banyaknya kesibukan membuat keduanya tidak berjumpa hingga belasan tahun lamanya. Seperti sebuah kebetulan, Udin ada urusan yang harus diselesaikan di kota tempat tinggal Didin. Nah, kesempatan ini tak boleh aku sia-siakan, tekad Udin dalam hati. Setelah semua urusan beres, mulailah si Udin mencari alamat Didin, sahabat yang dirindukannya. Awal mulanya agak sulit karena Didin ternyata sudah pindah alamat, namun dengan tekadnya yang besar, akhirnya bertemulah keduanya. ”Ahlan wa sahlan!!!” teriak Didin begitu melihat Udin di depan pintu. Keduanya berpelukan lama kemudian terlibat dalam obrolan hangat. ”Sebentar” ujar Didin, ”Aku belum Sholat nih! Biar ngobrolnya enak, kau di sini dulu, aku Sholat dulu. Ok? ”Ok. Aku tadi sudah Sholat di Masjid” “Tomo!” Didin memanggil pembantunya. “Ya, mas!” Tomo datang menghadap. “Ini temanku, Ustadz Udin namanya. Aku mau Sholat dulu, tolong layani dia sebaik-baiknya” “Ya mas!” Didin berlalu… “Ustadz minum kopi, teh atau susu?” ”Kopi saja” ”Kopinya kopi arab, kopi tubruk, kopi jahe atau…” ”Apa ajalah” ”Pake gula, krim, madu?” ”Gula” ”Pake susu?” ”Boleh” ”Susu sapi, susu onta, susu kambing?” ”Susu sapi” ”Sapi perah, sapi Australi…” ”Sudah-sudah, saya minum air putih saja” “Merk aqua, ades…” “Apa aja deh. Terserah kamu!” ”Rasa anggur, strawberry…” ”Gini aja, aku gak minum. Capek pengen istirahat!” tukas Udin kesal sambil meletakkan kepalanya pada sandaran kursi. 6. Menteri Tahajjud Siang Malam heran... Dalam suatu acara halaqah di sebuah pesantren di Jawa Timur yang dihadiri para Kiai, seorang menteri yang sangat terkenal datang memenuhi undangan panitia. Konon kabarnya, kedatangan menteri tersebut di samping akan memberikan sambutan juga diharapkan bisa memberikan sumbangan ala kadarnya bagi pembangunan di pesantren. Selang beberapa menit acara dibuka oleh pemandu acara, tibalah saatnya Bapak Menteri mendapat giliran memberikan sambutan. Seperti biasa dalam acara-acara formal setelah memberi salam dan kata penghormatan secukupnya, Pak Menteri itu sampai pada isi sambutannya. “Saudara-saudara sekalian yang terhormat,” katanya. “Meskipun Bapak-bapak Kiai yang ada di sini Tahajjud siang-malam belum tentu lebih mulia dari seorang yang mengerti teknologi,” lanjutnya dengan sangat berapi-api. Sontak, para hadirin dibikin geger dengan sambutan itu. Menit berikutnya para Kiai satu demi satu meninggalkan ruang pertemuan. Mereka tidak mau mendengarkan sambutan Pak Menteri yang rajin Puasa Senin-Kamis itu. Usut punya usut ternyata ketersinggungan para Kiai bukan karena Pak Menteri sudah melecehkan keberadaan mereka di mata para Santri. Para Kiai tersinggung karena Pak Menteri salah ucap. “Mana ada Tahajjud siang-malam,” kata seorang Kiai sambil menggerutu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar